Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Selasa, 03 Januari 2012

Muqaddimah Pengarang


Segala puji hanya bagi Allah, Rabb seluruh alam, Pengatur langit dan bumi, Pemelihara seluruh makhluk, dan Pengutus seluruh rasul shalawatullahi wa salamuhu ‘alaihim kepada seluruh mukallaf untuk memberi petunjuk kepada nereka, menjelaskan ajaran-ajaran syariat agama dengan dalil-dalil yang pasti dan bukti-bukti yang jelas. Saya memuji-Nya atas segala nikmat yang Dia limpahkan, dan saya memohon tambahan keutamaan dan karunia-Nya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa, Yang Yang Mahamulia lagi Maha Pengampun. Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba, utusan, kekasih, dan kesavangan-Nya, makhluk-Nya yang paling utama, yang dimuliakan dengan Al-Qur’an Al-’Aziz yang menjadi mukjizat sepanjang masa, dan dengan sunnah-sunnah yang menyinari orang-orang yang mencari petunjuk, yang diberi kekhususan dengan jawami’ul-kalim (ungkapan yang singkat, tetapi makna padat) dan agama yang mudah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau, kepada seluruh nabi dan rasul, seluruh keluarga mereka, dan segenap orang-orang shalih.
Amma ba’du,
Kami telah meriwayatkan dari ‘Ali ibnu Abi Thalib, ‘Abdullah ibnu Mas’ud, Mu’adz ibnu Jabal, Abu Ad-Darda’, Ibnu ‘Umar, lbnu ‘Abbas, Anas ibnu Malik, Abu Hurairah, dan Abu Sa’id Al-Khudri dari banyak jalur dengan riwayat yang beragam bahwasanya Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa dan umatku menghafal empat puluh hadits urusan agamanya, Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat kelak termasuk dalam golongan para fuqaha’ (ahli fiqih) dan ulama (ahli ilmu).”
(Hadits ni tidak shahih meskipun mempunyai jalur yang banyak dan sudah sang terkenal. Dalam Al-’Ilal AI-Mutanahiyah (1/119), setelah mengumpukan jalur-jalurnya IbnuAl-Jauzi berkata, “Ini adalah hadits yang tidak shahih dari Rasulullah . Lihat Kasy Al-Khafa’karya Al-Ajluni (2465)).
Dalam sebuah riwayat lain:
“Allah akan membangkitkannya sebagai orang faqih dan ‘alim.”
Dalam riwayat Abu Ad-Darda’:
“Dan aku menjadi pemberi syafaat dan saksi baginya pada hari kiamat.”
Dalam riwayat Ibnu Mas’ud :
“Dikatakan kepadanya, ‘Masuklah kesurga dan pintu mana saja yang kamu suka.”
Dalam riwayat Ibnu ‘Umar:
“Ditulis dalam golongan ulama dan dikumpulkan dalam golongan syuhada.”
Para huffazh (ulama ahli hadits) telah sepakat bahwa ini adalah hadits dha’if(lemah) sekalipun mempunyai jalur yang banyak.
Dalam masalah ini para ulama telah menyusun karya yang tidak terhitung jumlahnya. Orang pertama kali yang saya ketahui menyusun karya dalam masalah ini adalah ‘Abdullah Ibnu Al-Mubarak. Kemudian Muhammad ibnu Aslam AthThusi seorang alim rabbani, lalu Al-Hasan ibnu Sufyan An-Nasa’i, Abu Bakr Al-Ajurri, Abu Bakr Muhammad ibnu Ibrahim Al-Ashfahani, Ad-Daruquthni, Al-Hakim, Abu Nu’aim, Abu Abdirrahman As-Sulami, Abu Sa’id Al-Malini, Abu ‘Utsman ash-Shabuni, ‘Abduliah ibnu Muhammad Al-Anshari, Abu Bakr Al-Baihaqi, dan sejumlah ulama lain yang tidak terhitung jumlahnya baik dan kalangan orang-orang terdahulu (mutaqaddimin) maupun yang sekarang (muta’akhkhirin).
Saya telah melakukan istikharah kepada Allah Ta’ala dan mengumpulkan empat puiuh hadits ini karena meneladani imam terkenal dan para penghafal hadits dalam Islam. Para ulama telah bersepakat tentang bolehnya mengamalkan hadits dha’if dalam perkara fadha’il a’mal (keutamaan amal).
Sekalipun demikian, yang menjadi sandaran saya bukanlah hadis ini tetapi sabda beliau dalam hadits-hadits yang shahih:
“Hendaknya orang yang menyaksikan di antara kalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.”
Juga sabda beliau :
“Semoga Allah membaguskan wajah seseorang yang mendengar ucapanku, kemudian dia menghafalnya, lalu menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar.”
(Shahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Zaid ibnu Tsabit (3660), At-Tirmidzi (2656), Ibnu Majah (230), Ahmad (5/183), Ad-Darimi (1/65), dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban (72, 73 – Al-Ibsan). Dalam hal ini juga terdapat hadits dari Jubair ibnu Muth’im yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (231) dan Ahmad (4/80-82), dan Abu Said AI-Khudri yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam AI-HiIyah (5/105), dan Anas ibnu Malik yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (236), dan dari Mu’adz yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hiiyah (9/308)).
Selanjutnya, di antara para ulama ada yang mengumpulkan empat puluh hadits dalam masalah ushuluddin (dasar-dasar agama), yang lain dalam masalah furu’(cabang), yang lain dalam masalah jihad, yang lain dalam masalah zuhud, yang lain dalam masalah adab, dan yang lain dalam masalah khutbah. Semuanya mempunyai maksud yang baik. Semoga Allah meridhai mereka.
Adapun saya berusaha mengumpulkan empat puluh buah hadits yang lebih penting dan semua ini, yaitu empat puluh buah hadits yang mencakup semua permasalahan tersebut. Setiap hadits merupakan kaidah yang agung di antara kaidah-kaidah agama ini, yang oleh para ulama disebutkan bahwa agama Islam ini berkisar padanya, atau setengah agama Islam, atau sepertiganya, atau seperti itu [berkisar padanya].
Saya juga berketetapan bahwa empat puluh buah hadits ini semuanya shahih, dan sebagian besar dari nya terdapat dalam dua kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim. Saya sebutkan hadits-hadits ini tanpa sanadnya agar mudah dihafal dan memberikan manfaat yang menyeluruh insya Allah Ta’ala. Saya juga menyertakan satu bab tentang penjelasan lafaz-lafaz yang masih samar.
Setiap orang yang menghendaki akhirat seyogianya mengetahui hadits-hadits ini mengingat hadits-hadits ini mengandung pelbagai perkara penting dan mencakup peringatan terhadap segala bentuk ibadah ketaatan. Itu semua tampak jelas bagi orang yang mau merenungkannya. Hanya kepada AllahIah saya bersandar, berserah diri, dan bergantung. Hanya bagiNya-Iah segala puji dan nikmat, dan hanya Dia-lah yang mampu memberi taufik dan perlindungan.
Imam Nawawi